Yuk, Kenalan Dengan Algoritma Python Untuk Machine Learning!
Belajar Data Science di Rumah 05-Mei-2021
Tanpa kita sadari, teknologi machine learning telah banyak diterapkan di sekitar kita. Machine learning merupakan subset dari Artificial Intelligence dimana mesin dikembangkan agar dapat belajar dengan sendirinya tanpa harus diprogram berulang kali. Salah satu yang menjadi pilihan untuk mengembangkan machine learning adalah algoritma Python. Python merupakan bahasa pemrograman yang diciptakan oleh Guido van Rossum dan dirilis pada tahun 1991 dimana mendukung hampir seluruh sistem operasi. Saat ini Python masih dikembangkan oleh Python Software Foundation.
Algoritma Python adalah sekumpulan instruksi atau perintah yang dijalankan untuk memecahkan masalah yang ingin diselesaikan. Algoritma dapat diterapkan di berbagai bahasa pemrograman. Penulisannya pun tidak ada aturan pasti, jadi tergantung pada masalah yang ingin diselesaikan dan gaya praktisi data dalam mengimplementasikannya. Setiap praktisi data punya gayanya masing-masing dalam menuliskan susunan kode maupun memberi nama variabel. Namun yang perlu diingat adalah susunan kode dan nama variabel harus bisa dibaca oleh orang lain dalam tim agar tidak terjadi kesalahpahaman. Bisa juga dengan menambahkan komen pada baris kodenya. DQLab kali ini akan membahas mengenai algoritma Python untuk machine learning yaitu struktur algoritmanya, library yang sering digunakan, dan kelebihan-kelebihannya. Yuk, simak bersama pembahasannya di bawah ini!
Cara Kerja Machine Learning
Pada beberapa bagian sebelumnya kita telah mengenali beberapa algoritma machine learning. Agar lebih memahaminya sebaiknya kita mengetahui bagaimana cara kerja machine learning itu. Machine learning pada awalnya bekerja dengan cara belajar yang bertujuan untuk menghasilkan model tertentu. Model yang telah dibentuk itu nantinya akan menjadi informasi untuk pemecahan masalah baik dalam proses input maupun output. Kemudian model tersebut dapat memprediksi atau mengelompokkan data pada kedepannya.
Baca juga : Belajar Data Science: Pahami Penggunaan Machine Learning pada Python
Library Python Terbaik Untuk Machine Learning
Algoritma Python menyediakan berbagai library yang dapat digunakan untuk membangun machine learning. Beberapa library yang sering digunakan yaitu:
Scikit-Learn dikembangkan oleh David Cournapeau pada tahun 2007 dimana bersifat open source dan digunakan untuk machine learning. Library ini sangat baik dalam mendukung berbagai tipe machine learning seperti unsupervised learning dan supervised learning serta sempurna digunakan untuk analisis data dan data mining.
Keras merupakan library machine learning Python yang dirilis di bawah lisensi MIT. Keras dikembangkan untuk membuat pembelajaran machine learning yang mendalam dengan secepat dan semudah mungkin.
TensorFlow merupakan library paling populer untuk machine learning bersifat open source yang dikembangkan oleh tim Google Brain dan dirilis pada tahun 2015 dibawah lisensi Apache 2.0. Arsitektur yang dimiliki TensorFlow fleksibel dengan beragam toolkit. Library ini cocok diimplementasikan dalam AI dan deep learning dan dapat digunakan pada beberapa platform komputasi seperti CPU, GPU, dan TPU.
Mengapa Algoritma Python Ideal Untuk Machine Learning?
Terdapat beberapa alasan mengapa banyak yang menggunakan Python untuk machine learning. Bahasa yang digunakan pada Python mudah dipahami dan dipelajari. Struktur kode yang pendek dan mudah dibaca memungkinkan pengembang lebih fokus pada pemecahan masalah daripada perbedaan dalam bahasa pemrograman. Beragam library pada Python mendukung pengembangan machine learning lebih cepat karena proses machine learning termasuk kompleks dan memakan banyak waktu. Beberapa alasan tersebut yang menyebabkan algoritma Python masih menjadi yang paling populer dibandingkan algoritma pada bahasa pemrograman lainnya.
Baca juga : Belajar Data Science: Pahami Penggunaan Machine Learning pada Python
4. Yuk Mulai Belajar Menjadi Data Scientist Bersama DQLab!
Gunakan Kode Voucher "DQTRIAL", dan simak informasi di bawah ini mendapatkan 30 Hari FREE TRIAL:
Buat Akun Gratis dengan Signup di DQLab.id/signup
Buka academy.dqlab.id dan pilih menu redeem voucher
Redeem voucher "DQTRIAL" dan check menu my profile untuk melihat masa subscription yang sudah terakumulasi.
Selamat, akun kamu sudah terupgrade, dan kamu bisa mulai Belajar Data Science GRATIS 1 bulan.
Penulis : Dita Kurniasari
Editor : Annissa Widya Davita
Apa Perbedaan Antara Supervised, Unsupervised, dan Reinforcement Learning?
Machine learning adalah bidang studi dimana manusia mencoba memberikan kemampuan kepada mesin untuk belajar dari data secara eksplisit. Mesin inilah yang kita sebut model machine learning dan yang kita gunakan untuk menyelesaikan masalah kita. Ada berbagai bentuk aplikasi machine learning di industri, misalnya: face recognition machine dan email spam detection adalah aplikasi model machine learning.
Mengetahui model machine learning mana yang harus diterapkan dalam setiap use case sangat penting karena tidak semua model dapat diaplikasikan untuk setiap use case. Model yang sesuai akan meningkatkan metrik model kita.
Machine learning adalah bidang yang luas dengan banyak istilah yang digunakan di dalamnya. Untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang apa itu algoritma klasifikasi, pertama-tama kita perlu membahas tentang tiga sistem machine learning yang berbeda berdasarkan pengawasan manusia; Supervised, Unsupervised, dan Reinforcement Learning?
Supervised Learning adalah model machine learning yang menggunakan data training dari manusia yang mencakup solusi yang diinginkan. Data training sudah berisi jawaban untuk masalah yang ingin kita selesaikan, dan mesin diharapkan meniru pola pada input data (prediktor) untuk menghasilkan output yang serupa.
Contoh data training untuk Supervised Learning adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Data training untuk Supervised Learning
Ada dua typical tasks dari supervised learning; Klasifikasi dan Regresi. Apa perbedaan di antara keduanya? Pada dasarnya, perbedaannya berasal dari hasil prediksi.
Algoritma klasifikasi berfokus pada hasil prediksi diskrit, misalnya, prediksi Churn (keluar atau tidak), Heart Disease (terpengaruh oleh penyakit jantung atau tidak), dll.
Sebaliknya, algoritma regresi berfokus pada hasil prediksi numerik di mana hasilnya tidak terbatas pada kelas tertentu, misalnya: harga rumah, jarak mobil, penggunaan energi, dll.
Logistic Regression
Logistic Regression atau Logit Regression adalah algoritma klasifikasi untuk mengklasifikasikan data ke dalam dua kategori. Istilah regresi sebaiknya tidak disalahartikan sebagai regresi dari supervised learning karena regresi dalam Logistic Regression mengacu pada Generalized Linear Model (GLM) dengan Fungsi Logit.
Model ini adalah salah satu model paling sederhana dalam algoritma klasifikasi dan digunakan dalam banyak contoh real-case seperti prediksi penyakit, prediksi churn, prediksi repeat-order, dan banyak kasus penggunaan klasifikasi lainnya.
Mengenai persamaannya, GLM adalah model kelas luas yang mencakup banyak model, misalnya: Linear Regression, ANOVA, dan Logistic Regression.
Logistic Regression mengikuti tiga komponen dasar GLM, yaitu:
Gambar 3. Struktur dasar GLM
Random Component (E(Y)): Ini adalah distribusi probabilitas model Logistic Regression (Variabel Respons), dalam hal ini, Binomial distribution atau lebih tepatnya, probabilitas keberhasilan suatu peristiwa (E(Y) = 1).
Systematic Component: Ini adalah variabel-variabel penjelas (x1, x2, …, xn) dalam prediktor linear (+1 X1 +2X2 + … + nXn).
Link Function (g()): Ini adalah fungsi yang menghubungkan nilai yang diharapkan (E(Y))) dari variabel terikat pada prediktor linier. Linear Regression menggunakan Fungsi Logit, yaitu log(P/1-P) di mana P adalah Probabilitas Keberhasilan (E(Y) = 1). Dengan Fungsi Logit, hasil diharapkan berada antara 0 hingga 1.
Semua struktur di atas akan membuat model yang disebut Logistic Regression.
Decision Tree adalah model klasifikasi di mana proses pembelajaran adalah metode untuk mendekati fungsi target diskrit yang direpresentasikan oleh decision tree. Kata tree merujuk pada mathematical graph theory, yang didefinisikan sebagai grafik tidak berarah di mana dua simpul (node) terhubung oleh satu jalur (path).
Sederhananya, decision tree adalah model klasifikasi untuk mengelompokkan data berdasarkan struktur pohon terbalik. Decision tree akan membuat simpul yang terus membagi berdasarkan pembelajaran data dan akan berhenti sampai parameter yang telah kita tentukan atau tidak ada lagi pembagian yang terjadi. Contoh decision tree ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.
Gambar 4. Contoh Decision Tree
Bagaimana decision tree menentukan fitur dan nilai apa yang akan dibagi? Ada beberapa algoritma dalam pengambilan keputusan, tetapi yang umum adalah Gini Index, Entropy and Information Gain metrics. Ide dasar penggunaan kedua algoritma pembagian adalah untuk mengukur seberapa baik pembagiannya berdasarkan nilai yang kita bagi dan hasilnya. Perhatikan gambar di bawah ini untuk memahami bagaimana algoritma menentukan titik pembagian terbaik.
Gambar 5. Penentuan titik pembagian decision tree
Gambar di atas menunjukkan di mana X1 berada dalam dua nilai, dan nilai Information Gain (IG) berbeda. Pembagian terbaik adalah ketika IG lebih tinggi, sehingga X1 = 2 adalah titik pembagian terbaik. Pembagian terus berlanjut sampai simpul hanya memiliki satu kelas atau memenuhi hyperparameter yang telah kita atur.
Decision tree adalah salah satu model yang populer digunakan oleh banyak ahli data karena cepat dan mudah dijelaskan. Namun, model ini mengalami banyak masalah overfitting. Itulah mengapa banyak model dikembangkan dengan decision tree sebagai dasarnya — misalnya, Random Forest.
Random Forest adalah algoritma klasifikasi yang didasarkan pada decision tree. Nama random berasal dari randomisasi yang diperkenalkan dalam algoritma, dan nama forest berasal dari beberapa decision tree yang membangun model tersebut.
Sebelum kita membahas random forest , kita perlu memahami konsep ensemble learning karena model random forest diklasifikasikan sebagai salah satu dari mereka. Ensemble Learning adalah konsep dimana kita menggunakan beberapa algoritma untuk mencapai hasil prediksi dan kinerja yang lebih baik. Misalnya, kita menggunakan beberapa algoritma decision tree untuk membangun model random forest.
Tepatnya, random forest diklasifikasikan sebagai bootstrapping aggregating (bagging) ensemble. Apa itu bagging, dan bagaimana model bekerja? Pertama, kita perlu memahami konsep bootstrap dalam statistik. Bootstrap adalah metode untuk pengambilan sampel acak dengan penggantian; dengan kata lain, kita membuat dataset baru dari dataset yang sama dengan pengulangan. Perhatikan gambar di bawah ini untuk memahami bootstrap.
Gambar 6. Contoh Bootstraping
Gambar di atas menunjukkan bagaimana bootstrap bekerja. Kita memperlakukan data asli sebagai kolam, mengambil sampel ulang data dari sana, dan setiap dataset yang di-bootstrap bisa berisi nilai yang sama. Contoh di atas menunjukkan dua data yang di-bootstrap dengan tiga sampel untuk setiap dataset.
Kita akan menggunakan beberapa decision tree yang secara eksplisit dilatih dengan data yang di-bootstrapped dalam model random forest. Untuk setiap decision tree yang kita gunakan, kita melatih pada data bootstrap yang berbeda. Jadi, jika kita memiliki 100 decision tree dalam random forest, kita akan melatih 100 decision tree dalam 100 data bootstrap yang berbeda.
Kita menggunakan metode bootstrap untuk memperkenalkan ke-random-an ke dalam model dan menghindari overfitting karena data bootstrap akan memiliki estimasi distribusi yang serupa dengan data asli tetapi berbeda. Proses ini akan memastikan terjadinya generalisasi.
Selain itu, untuk menghindari overfitting lebih lanjut, algoritma random forest dapat mengurangi jumlah fitur yang akan dipertimbangkan saat membuat data bootstrap.
Seringkali, ini adalah akar kuadrat total fitur dari data asli; jadi jika data asli kita memiliki empat fitur, kita akan menggunakan dua fitur dalam data bootstrap kita. Pemilihan fitur juga dilakukan secara acak untuk menghindari overfitting lebih lanjut.
Pada akhirnya, setiap decision tree akan memiliki output probabilitas. Output dari random forest akan menjadi rata-rata dari setiap decision tree. Gambar di bawah ini merangkum algoritma random forest.
Gambar 6. Algoritma Random Forest secara umum
Naive Bayes adalah algoritma klasifikasi berdasarkan Teorema Bayes ( Bayes Theorem). Berbeda dengan frequentist theorem, di mana probabilitas suatu peristiwa didasarkan pada data saat ini, Teorema Bayes akan memperbarui probabilitas berdasarkan probabilitas sebelumnya (prior probability).
Sebagai contoh, kita mengasumsikan bahwa probabilitas hujan adalah 50% ketika cuaca cerah, tetapi setiap hari kita memperbarui probabilitas dengan setiap informasi yang tersedia. Probabilitas Teorema Bayes dapat dijelaskan dalam gambar berikut.
Gambar 7. Persamaan Theorema Bayes
Gambar di atas menunjukkan Teorema Bayes di mana:
P(A|B) adalah probabilitas posterior (Probabilitas peristiwa A terjadi jika B benar)
P(B|A) adalah probabilitas peristiwa B terjadi jika A benar. Kita juga bisa mengatakan ini adalah peluang (likelihood) A akan terjadi jika B tetap.
P(A) dan P(B) adalah prior probabilities; tanpa syarat apapun atau bila tidak ada bukti, seberapa besar kemungkinan terjadinya peristiwa A atau B.
Sehubungan dengan dataset, kita dapat menyatakan persamaan awal Naive Bayes seperti gambar di bawah.
Gambar 8. persamaan awal Naive Bayes
Mari kita ambil contoh dari dataset sebelumnya dan katakanlah X = (Width = 15, Weight = 100, Color = Red) dan y = Apple. Jadi kita bisa menyatakan bahwa pengklasifikasi Naive Bayes P(y|X) adalah probabilitas Apple diberikan Width = 15, Weight = 100, dan Color = Red. Untuk menghitung probabilitas, biasanya algoritma Naive Bayes memerlukan data kontinu untuk diskritisasi atau menggunakan estimasi densitas probabilitas. Tetapi untuk contoh kali ini, mari kita anggap mereka adalah kategorikal.
Jika kita masukkan semua informasi dari data kita ke dalam algoritma Naive Bayes, maka akan seperti gambar di bawah ini.
Gambar 9. Perhitungan Apel dengan Naive Bayes
Kita memasukkan informasi pada data yang kita miliki. Untuk P(Apple) atau prior adalah kemunculan label Apple dibandingkan dengan semua data yang ada, yaitu 3/5. Sebagai contoh, likelihood dari P(Width = 15 | Apple) hanya muncul dalam 1 data dari semua 3 data dengan label Apple.
Kita juga dapat menghitung probabilitas invers (Not Apple, diberikan data) dengan persamaan dan hasil berikut.
Gambar 10. Perhitungan Bukan Apel dengan Naive Bayes
Jika kita menggunakan hasil di atas, probabilitas Apple lebih tinggi daripada Not Apple, artinya data akan menghasilkan Apple. Biasanya, probabilitas akan dinormalisasi untuk kedua kasus, sehingga kita selalu memiliki total probabilitas sebesar 1 dengan persamaan berikut.
Gambar 11. Perhitungan Naive Bayes yang sudah dinormalisasi
Naive Bayes sering digunakan karena kemudahan dan kesederhanaan algoritmanya. Waktu pelatihan juga cukup cepat dibandingkan dengan algoritma yang lain. Model ini populer pada use-case NLP karena berfungsi baik dalam banyak kasus NLP, seperti analisis sentimen, sentiment analysis, spam filtering, dan lain sebagainya.
Jenis Algoritma Python
Algoritma Python ada beberapa jenis yaitu algoritma pencarian, algoritma grafik, dan algoritma analisis. Algoritma pencarian (searching algorithm) merupakan algoritma yang mendukung dalam pemeriksaan dan pengambilan elemen dari struktur data yang berbeda. Algoritma ini terbagi menjadi dua yaitu algoritma pencarian linier dan biner. Algoritma grafik (graph algorithm) merupakan algoritma yang implementasinya menggunakan tipe data list. Terdapat dua metode pada algoritma grafik yaitu DFS (depth first search) dan BFS (breadth first search). Kemudian ada algoritma analisis (analysis algorithm) yang terbagi menjadi dua yaitu algoritma analisis apriori yaitu analisis teoritis dari algoritma sebelum diimplementasikan dan algoritma analisis posterior yaitu analisis empiris dari algoritma setelah diterapkan dengan menggunakan bahasa pemrograman dalam mengimplementasikan algoritma yang ditentukan untuk dieksekusi oleh komputer.
Baca juga : 3 Jenis Algoritma Machine Learning yang Dapat Digunakan di Dunia Perbankan
Python Libraries untuk Machine Learning
Python dengan libraries, modul, dan kerangkanya bisa digunakan untuk membantu kebutuhan machine learning. Hanya saja, Anda perlu menguasai pengaplikasian Python guna mendapatkan manfaatnya dalam machine learning dan data science. Berikut adalah sepuluh rekomendasi Python libraries yang bisa Anda gunakan.
Pandas adalah library Python yang paling dikenal dan banyak digunakan. Paket ini bisa digunakan untuk menganalisis data dengan cepat, realistis, dan serbaguna. Anda dapat memakainya untuk mengombinasikan, mengelompokkan, dan mengklasifikasikan data yang berasal dari berbagai sumber, seperti Excel, SQL databases, CSV, dan sebagainya. Oleh karena itu, Pandas menjadi salah satu paket Python yang wajib dimiliki lantaran performanya yang stabil dan bersifat open source.
Selanjutnya, ada NumPy atau Numerical Python. NumPy adalah aljabar linear yang dikembangkan dalam Python guna memecahkan berbagai permasalahan terkait numerik. Banyak ahli dan pengguna yang memilih paket ini karena NumPy memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan rumit menyangkut operasional matematika. Selain itu, NumPy juga banyak digunakan untuk menangani berbagai permasalahan lain, seperti gambar, suara, dan operasional biner lainnya.
Matplotlib adalah salah satu Python libraries yang juga sering digunakan. Paket ini dipakai untuk kepentingan visualisasi data yang melibatkan grafik, plot, histogram, dan lain-lain. Visualisasi data diperlukan untuk memahami data secara lebih mendalam sebelum melakukan data-processing dan melatihnya dalam program machine learning. Matplotlib banyak digemari karena memiliki sifat yang open source dan gratis untuk diakses.
Seaborn adalah salah satu paket yang kerap digunakan dalam Python libraries. Paket ini dirancang di atas Matplotlib dan terintegrasi dengan struktur data dari Pandas. Sama halnya dengan Matplotlib, Seaborn digunakan untuk kepentingan visualisasi data agar data mudah dipahami. Dalam machine learning, Seaborn berfungsi membaca dan memahami data-data untuk kemudian dipetakan dalam bentuk grafis statistik, sehingga dapat menghasilkan plot yang informatif.
Berikutnya adalah SciPy sebagai Python libraries yang cukup dikenal. Paket ini terdiri dari beberapa modul untuk memperoleh hasil terbaik, meliputi statistik, integrasi, hingga aljabar linear. Kelebihan dari SciPy adalah operasionalnya yang mudah untuk mengatasi persoalan matematika. Selain itu, paket ini juga berguna untuk digunakan dalam image manipulation.
Python libraries berikutnya yang tidak kalah populer adalah Scikit-learn. Paket ini menjadi salah satu yang legendaris dalam dunia machine learning. Scikit-learn dibuat atas dua Python libraries, yakni NumPy dan SciPy. Dengan demikian, fungsinya tak jauh berbeda dengan kedua libraries pokoknya, yaitu untuk memecahkan berbagai permasalahan numerik. Namun, paket ini juga bisa digunakan untuk keperluan data mining dan analisis data.
Selanjutnya ada Python libraries yang dikembangkan oleh tim Google Brain dari Google, TensorFlow. Paket ini biasa digunakan untuk memecahkan permasalahan matematika dalam berbagai aplikasi artificial intelligence atau AI. Paket ini banyak digunakan oleh berbagai pengembang lantaran mampu menjalankan komputasi dengan melibatkan tensors. Selain itu, perangkat ini juga memungkinkan penerapan komputasi di berbagai perangkat, mulai dari komputer hingga smartphone.
Keras adalah salah satu Python libraries yang cukup populer. Sebab, paket ini memudahkan para pemula untuk pembuatan prototipe. Selain itu, proses prototyping juga bisa dikatakan jadi lebih cepat. Keras dibuat atas dasar TensorFlow, CNTK, dan Theano. Kelebihan lain dari paket ini adalah mampu digunakan untuk visualisasi data selain menyusun model, mengolah dataset, dan mengevaluasi hasil akhir.
Machine learning pada dasarnya berkutat pada persoalan matematika dan statistik. Begitu juga dengan Theano yang berfungsi untuk mendefinisikan, mengevaluasi, dan mengoptimalkan berbagai himpunan multidimensi dalam matematika. Paket ini biasanya digunakan untuk program komputasi berskala besar. Namun, tidak sedikit juga yang menggunakannya untuk proyek individu.
Terakhir ada PyTorch yang menjadi produk machine learning library dari tim Facebook. Paket ini dibuat untuk menyaingi keberadaan TensorFlow karena keduanya sama-sama menggunakan tensors. Akan tetapi, PyTorch didesain untuk lebih mudah dipahami dan dioperasikan. Meski demikian, paket ini hanya dapat digunakan untuk pengembangan dan pelatihan program deep learning.
Machine learning merupakan pembelajaran mesin yang mempelajari beberapa hal di dalamnya seperti algoritma, ilmu statistik, dan lainnya. Machine learning merupakan teknologi bagian dari Artificial Intelligence. Ketika seseorang melakukan proses pengolahan data, sebagian besar orang membutuhkan algoritma machine learning untuk menyelesaikan atau mencari solusi dari permasalahan data yang ada. Algoritma machine learning pun sangat beragam dan digunakan sesuai dengan masalah data yang sesuai.
Algoritma sendiri merupakan suatu proses langkah demi langkah yang tersusun untuk menyelesaikan permasalahan. Algoritma machine learning sendiri sangat beragam dan sudah sering digunakan untuk menyelesaikan permasalahan data dalam berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, bisnis, keuangan, dan masih banyak lainnya. Kira-kira apa saja ya algoritma machine learning yang cukup sering digunakan dan bagaimana cara kerja machine learning? Yuk, simak artikel berikut ini!
Naive Bayes merupakan salah satu algoritma supervised learning yang sederhana dan cukup sering digunakan. Algoritma ini menggunakan dasar Teori Bayes di dalamnya. Algoritma ini memiliki data training (data yang sudah terdapat label kelas) dan data testing (data yang belum memiliki label kelas). Algoritma Naive Bayes bekerja dengan cara memaksimalkan nilai suatu kelas. Kelas yang memiliki probabilitas tertinggi akan masuk ke dalam salah satu dari label-label yang tersedia.
Baca juga : 3 Jenis Algoritma Machine Learning yang Dapat Digunakan di Dunia Perbankan
Jika pada algoritma supervised learning salah satu tujuan kita adalah untuk mengetahui label kelas pada data, maka pada unsupervised learning tidak berlaku demikian. K-Means merupakan salah satu algoritma supervised learning yang mana cara kerjanya adalah mengklaster atau mengelompokkan data sesuai dengan karakteristik atau kemiripan data menjadi beberapa klaster sesuai dengan nilai k yang telah ditentukan. Pada algoritma ini dibutuhkan centroid atau nilai pusat serta menghitung jarak kedekatan data dengan centroid. Algoritma ini dilakukan secara berulang sampai tidak ada perubahan anggota dalam masing-masing kelompok.
KNN atau K-Nearest Neighbour merupakan salah satu algoritma supervised learning yang mengklasifikasikan atau mengelompokkan data ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kemiripan sifat dari data. Algoritma ini hampir mirip dengan algoritma K-Means, yang membedakan adalah pada K-Means melakukan proses clustering sedangkan pada KNN melakukan proses klasifikasi. Terkadang orang menyebut algoritma ini dengan sebutan algoritma malas dikarenakan pada algoritma ini tidak mempelajari cara mengkategorikan data akan tetapi hanya mengingat data yang sudah ada.
Support Vector Machine
SVM (Support Vector Machine) adalah algoritma klasifikasi yang memiliki kinerja yang bagus, tingkat keakuratan yang dinilai cukup tinggi untuk pengklasifikasian data, dan error rate yang dihasilkan minimum. Adapun keuntungan dari algoritma SVM adalah dapat menentukan hyperplane atau pemisah dengan memilih bidang yang memiliki optimal margin maka generalisasi pada SVM dapat terjaga dengan sendirinya, tingkat generalisasi pada SVM tidak dipengaruhi oleh jumlah data latih , dengan menentukan parameter soft margin, noise dapat dikontrol pada kesalahan klasifikasi sehingga proses pelatihan menjadi jauh lebih ketat.
Algoritma KNN atau sering disebut K-Nearest Neighbor merupakan algoritma yang melakukan klasifikasi berdasarkan kedekatan jarak suatu data dengan data yang lain. Dekat atau jauh suatu jarak dihitung berdasarkan jarak Euclidean. KNN merupakan salah satu algoritma non parametrik yang digunakan dalam pengklasifikasian. Selain naive bayes, algoritma KNN juga menjadi algoritma pengklasifikasian yang terkenal dengan tingkat keakuratan yang baik. Keuntungan dari algoritma KNN adalah sangat nonlinear, lebih mudah dipahami dan diimplementasikan karena kita cukup mendefinisikan fungsi untuk menghitung jarak antar-instance, menghitung jarak x dengan semua instance lainnya berdasarkan fungsi tersebut dan menentukan kelas x sebagai kelas yang paling banyak muncul di k-instance.
Baca juga : Belajar Data Science: Pahami Penggunaan Machine Learning pada Python
K-Nearest Neighbor (K-NN)
K-Nearest Neighbor atau K-NN adalah algoritma klasifikasi sederhana berbasis jarak data dan masalah optimasi Nearest Neighbor. Tidak seperti model-model sebelumnya, K-NN tidak mempelajari parameter seperti koefisien tetapi hanya menggunakan data aktual sebagai model.
Algoritma K-NN bertujuan untuk mengukur kedekatan data baru dibandingkan dengan data pelatihan yang telah dipelajari sebelumnya oleh model. Alih-alih mempelajari parameter apa pun, model menetapkan K jumlah observasi terdekat untuk mengklasifikasikan data baru.
Cara termudah untuk memahami cara kerja K-NN adalah dengan membayangkan model sebagai peta, dan setiap titik baru ditetapkan ke kelas baru dengan mayoritas jumlah K observasi terdekat menggunakan pengukuran jarak (seringkali Euclidean Distance).
Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar 13. Contoh model K-NN
Gambar di atas menunjukkan data aktual dari dua kelas yang berbeda (biru dan oranye). Bintang adalah data baru yang K-NN mencoba prediksi. Jika kita set K = 3, data baru akan mencari tiga data terdekat. Dengan menggunakan contoh di atas, data baru akan diklasifikasikan sebagai biru karena sebagian besar data terdekat adalah biru. Namun, jika kita meningkatkan K = 5, K-NN akan mengklasifikasikan data baru sebagai oranye karena mayoritas bergeser.
Sebagai catatan, jangan gunakan angka genap untuk K karena klasifikasi akan menjadi prediksi acak jika seri. Menemukan jumlah K yang optimal juga merupakan eksperimen, jadi cobalah mengevaluasi model pembelajaran mesin dengan metrik yang relevan.
Neural Networks adalah model machine learning yang didasarkan pada otak saraf manusia, dan model ini adalah subset dari machine learning yang fokus pada deep learning method. Secara lebih rinci, neural network biasanya terdiri dari tiga komponen simpul (node):
Mari kita lihat gambar di bawah ini untuk mendapatkan detail lebih mendalam.
Gambar 14. Model Neural Network
Secara umum, Anda bisa memiliki jumlah hidden layer yang tak terbatas untuk meningkatkan algoritma. Namun, lebih banyak node berarti daya komputasi dan waktu pelatihan yang semakin tinggi. Jadi, tidak baik jika meningkatkan jumlah layer terlalu tinggi.
Neural network menghitung prediksi dengan menghitung data melalui layer. Data diproses dalam hidden layer node di mana setiap node terdiri dari dua fungis: linear function, dan activation function. Anggaplah fungsi linear sebagai model linear, dan activation function adalah fungsi yang memperkenalkan non-linearitas ke model. Untuk menyelaraskan perhitungan, metode backpropagation digunakan.
Singkatnya, setiap data di layer input akan melewati hidden layer, dan fungsi akan membuat nilai output.
Neural network sering digunakan untuk prediksi data tidak terstruktur, seperti data gambar, teks, atau audio, karena neural network dapat mengonsumsi data ini. Ini juga memungkinkan banyak kasus penggunaan, seperti image recognition, text recognition, dll.
Model machine learning adalah algoritma yang dirancang untuk mempelajari data dan membuat output yang menyelesaikan masalah manusia. Klasifikasi dalam machine learning berkaitan dengan hasil prediksi diskrit.
Kita telah membahas tujuh algoritma klasifikasi berbeda, yaitu:
Support Vector Machine (SVM)
K-Nearest Neighbour (K-NN)
Dalam ilmu komputer, terdapat berbagai macam algoritma untuk menjalankan sebuah machine learning. Membuat algoritma secara manual untuk satu machine learning tentu akan menghabiskan banyak waktu karena tidak efisien. Untungnya, saat ini sudah ada Python libraries yang bisa melakukan semua pekerjaan tersebut.